Cerpen.

                                     OJEK PAYUNGNYA KAK ??

  
Suasana malam itu tak seindah biasanya, hujan deras mengguyur taman kota. Angin bertiup kencang dan suasana dingin merasuk kedalam tubuh. raya yang sedang menunggu taksi terpaksa meneduh di halte bus.

“basahh... semuaa deh baju gue”. ujar raya sambil mengusap-usap bajunya.

Hari ini tidak  biasanya raya menunggu di halte bus karena kak joni kakaknya tidak bisa menjemput, terpaksa raya pulang sendiri. Kemudian datanglah seorang anak menawarkan ojek payung

“kak ojek payungnya kak” ujar bocah polos tersebut.

Raya pun tersenyum “wahh.. rumah kakak jauh de, nggak bisa pake ojek payungnya maaf yaa”.

Bocah itu pun tersenyum “ohh yaudah enggak apa-apa kok kak. Raya pun mengusap-usap kepala bocah itu

“nama kamu siapa?”. tanya raya sambil menatap bocah itu.

“aku wahyu kak”. Sembari menggulung payungnya.

“terus kamu tinggal dimana? Orang tua kamu kemana kok malem-malem kamu ngojek payung?” tanya raya rumit.

“aku tinggal di seberang sana kak, orang tua saya seorang pemulung”. degg.. raya kaget bukan main dia hanya bisa mengerutkan dahi senada tak percaya mendengarnya.

“orang tuamu masih ada kenapa kamu ngojek payung wahyu?”. Wahyu pun  menunduk  mendengar pertanyaan raya tersebut. Matanya berkaca-kaca bibirnya gemetar, raut wajahnya memerah. Dan dia hanya tertunduk lesu. Raya menurunkan tubuhnya dan menusap pundak bocah itu.

“kamu kenapa de?” tanyanya penasaran. Wahyu pun hanya diam dan tak satupun kata terucap dari bibir mungilnya.

“wahyu, ikut kakak yuk!!”  ajak raya dengan semangat.

“mau kemana kak?’’ tanyanya penasaran.

***
Raya pun menggenggam erat  tangan wahyu dan menariknya pergi. Dengan sigap wahyu mengikuti langkah kaki seseorang yang baru di kenalnya itu. Kemudian sampailah wahyu di depan sebuah tempat. Ternyata raya mengajaknya ke cafe D’durth tempat dimana ia biasa nongkrong bersama teman-temannya. Raya sengaja mengajak wahyu kesana karena ternyata perutnya terasa lapar dan ia berniat mengajak wahyu makan bersama.

“sini wahyu duduk di sini sama kakak” ajaknya ramah. Wahyu pun hanya diam dan tidak beranjak dari tempatnya berdiri dan untuk kedua kalinya raya pun terpaksa menarik tangan bocah mungil tersebut.
                                                  
“sini sama kakak, kamu udah makan belum? Makan sama kakak yaa”. Rayu raya dengan baiknya. Wahyu pun masih heran dengan kejadian malam ini ia serasa mimpi bisa makan di restoran mewah dengan seseorang yang cantik dan baik hati pula.

“aku serasa mimpi” ujarnya dalam hati.

“wahyu..!!!’’ wahyupun tersadar dalam lamunannya.

“ehh iyaa kak, kenapa tadi” sambil menggeleng kepalanya. Raya pun hanya tersenyum melihat tingkah bocah lugu itu.

“kamu mau makan apa?” tanyanya lembut.

“terserah kakak saja deh”. Ujarnya malu.

“hmmm...”.  raya hanya memperhatikan wajah bocah itu.

“Selamat malam mbaa mau pesan apa?’’ tanya pelayan  kepada raya.

‘’emm.. aku mau soft drinksnya 2, cappucinonya 1, sama steak mozarellanya 4 yaa mas”, steaknya yang  2 di box ya. Sahut raya sambil menyodorkan buku menu kepada pelayan. “softdrinks2, cappucinno1, sama steak mozarellanya 4. Ada lagi mbaa yang ingin dipesan” ujar pelayan tersebut.

“ohh nggak ada mas itu aja kok” sahut raya dengan senyumannya.

“oke, di tunggu 15 menit ya mba” jawab pelayan.

“iyaa mas makasih”. pelayan pun meninggalkan mereka berdua. Sambil menunggu menu yang mereka pesan raya pun mengajak wahyu berbincang dengannya.

“wahyu kakak enggak maksa kamu cerita kok, yang penting kamu mau temenin kakak makan dan jangan sedih lagi yaa” hibur raya dengan nada setengah meyakinkan.

Wahyu merasa tidak enak hati mendengar ucapan raya, hatinya tergerak untuk mau menyampaikan sesuatu. Ucapannya tertahan di bibir dan terpaksa mengurungkan niatnya untuk berbicara saat pelayan tiba-tiba mengantarkan menu makanan mereka.

“ini pesanannya, selamat menikmati” ujar pelayan yang segera meninggalkan tempat itu.

“ayoo wahyu di makan” ajaknya pelan. Wahyu pun hanya menatapi makanan itu, ia teringat ibunya ia ingin sekali mengajak ibunya itu makan bersama di restoran mewah itu.

“bu.. coba ibu ada di sini, kita makan bersama bu” ujarnya dalam hati.

“hey... wahyu kenapa?” tanya raya heran.

“makan dulu kakak udah bungkusin buat orang tua kamu kok” hibur raya dengan baiknyya. Wahyu senang bukan main wajahnya sumringah, tak sedikitpun terlihat rasa sedih dari raut wajahnya.

“apaa buat ibu juga? Ahh.. makasih kak makasih”. Ujarnya girang. Dengan cepat wahyu melahap makanan itu. Raya pun tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya, dan ketika ia memperhatikan wahyu yang sedang makan tiba-tiba datanglah seorang lelaki dengan jeans hitam berjaket coklat menghampiri.

“boleh gabung?” tanya lelaki itu. Raya pun hanya diam dan langsung menjawab

“boleh silahkan”.

“kenalin gue tomi, gak ganggu kan?” sapa lelaki itu sambil mengulurkan tangan“. dengan perasaan heran raya pun menerima perkenalan lelaki itu.

“raya” ujarnya singkat.

“dari tadi gue liatin ngobrolnya asik banget, gue yang makan sendiri jadi pengen di ajak gabung bereng kalian, bolehkan??” ujarnya semangat sambil melanjutkan makannya.

“boleh kok, ya udah makan dulu aja deh biar tenang”. Raya yang saat itu sedang di buru waktu karena ayahnya sms terus-menerus terpaksa mempercepat langkahnya untuk segera menghabiskan makanannya.

“Wahyu kakak enggak bisa lama-lama ya temenin kamunya, kakak buru-buru nih”. Ucap raya dengan nada cemas.

“buru-buru banget mau kemana? masih jam 8 kok, belom terlalu malam juga” sahut tomi sambil melirik jam tangannya.

“iya gue buru-buru orang rumah udah sms terus soalnya”. Ujar raya sembari membuka dompetnya.
“mas-mas” panggil raya kepada pelayan sambil melambaikan tangan.

“berapa semuanya?”.  “totalnya 235 ribu mba” ujar pelayan sambil menyodorkan secarik kertas berisi nota makan. “ini, kembaliannya ambil aja” ujarnya.

“terimakasih mba” pelayan pun segera pergi.

“wahyu udah kan makannya, ayo kakak anter sampe depan” ajak raya sambil memasukkan dompetnya ke dalam tas.

“udah kak makasih ya buat makananya, enak banget kak”. Ujarnya senang. Raya pun tersenyum dan mengusap-usapkan kepalanya kembali. Dan ketika mereka hendak pergi tomi mencegahnya

“tunggu gue ikut”. Raya pun menoleh dan berkata

“ikut kemana gue kan mau pulang?”

“iya ikut lo keluar lahh” jawabnya pelan.

“ohh.. kirain”. Raya, tomi dan wahyu pun bergerak meninggalkan cafe itu. Sesampainya di depan raya menyodorkan sebungkus makanan kepada wahyu dan memberinya sedikit uang.

“ini buat kamu makasih ya udah mau temenin kakak makan”. Senyum raya ramah.

“sama-sama kak, loh ini apa? Kakak kan enggak ngojek payung sama aku kenapa mesti bayar” tanyanya heran.

“ini buat anak baik kaya kamu, udah sana pulang jangan ngojek payung lagi ya”.

“Ini..” tomi pun menyodorkan 4lembar uang 50 ribuan kepada wahyu. Wahyu pun menoleh,

“iya wahyu ini buat kamu, dari kakak semoga bisa bermanfaat. Terima ya” ujar tomi sambil memasukkan dompet ke saku celananya.

“itu bonus buat kamu” bisik raya ketelinga wahyu. 

Wahyu pun tersenyum dan berkata “makasih kakak. Kalian berdua baik banget, kakak berdua cocok”. 

Goda wahyu kepada raya dan tomi sambil berlari meninggalkan mereka berdua dan beriakk-teriak girang.

” Kakak makasih” sambil melambaikan tangan.

“wahyu kapan-kapan kita ngobrol lagiiii.....!!!!” teriakkk raya dari kejauhan. 

Tinggal tomi dan raya saat itu, hujan tak kunjung reda taksi tak ada 1 pun yang lewat. Hati raya di singgapi rasa cemas, ia takut kalau-kalau orang rumah khawatir dengan dirinya. Raya hanya bisa menggenggam erat telepon genggamnya berharap ada orang rumah yang menjemput. Tomi yang saat itu sedang berdiri di samping raya mengajaknya berbicara.

“gue boleh minta nomor hape lo?’’ tanyanya ragu.

“buat apa?’’ jawab raya tegas.

“buat punya aja siapa tau bisa jadi temen gitu, upss” tomi pun menutup mulutnya. 

Dalam hatinya terbesit niatan untuk bisa berkenalan dan mengenal lebih jauh lagi dengan gadis ayu itu. Raya di hinggapi perasaan bingung, ia bingung kalau ia kasih nomor hapenya ia tidak mengenal lelaki itu jelas. Kalau tidak takut dia merasa tersinggung. akhirnya ia pun memberikan nomor teleponnya itu

“iya boleh kok, ini nomor gue”. Tomi senang bukan main dan ia langsung mengeluarkan telepon genggamnya dari saku celananya.

“gue missed call ya”. Sahut tomi sembari memencet tombol teleponnya.

“oke thanks raya’’. Ujarnya senyum.

“lo mau pulang, lagi nunggu jemputan atau gimana?’’  tanyanya penasaran.

“nunggu taksi tapi enggak ada yang lewat”. Sahut raya sambil melihat jam tangannya berkali-kali.

“Rumah lo dimana emang??”.

“Lumayan jauh dari sini gue di jalan cemara 3” jawabnya.

“cemara 3?? Searah dong sama gue. Gue di jalan delima, bareng gue yuk” ajak tomi kepada raya. Raya pun hanya terdiam mendengar ajakan itu.

“you safe with me” sahut tomi dengan nada meyakinkan.

Antara ingin dan tak ingin menerima ajakan tomi, ia ragu dan takut menerimanya tapi kalau tidak di terima ia mau sampai rumah jam berapa sedangkan semua orang menunggunya di rumah. Dan ia putuskan untuk menerima ajakan tomi tersebut.

“ehh.. gue,, boleh deh nunggu taksi kelamaan. Tapi bener ya lo enggak bohong kan” tanya raya tegas. Tomi hanya tertawa mendengar ucapan raya.

“ayo..” ajak tomi kepada raya.

Tomi dan raya pun segera menuju tempat parkir dan segera masuk ke dalam mobil hitam itu. Akhirnya dengan terpaksa rayapun pulang dengan tomi teman yang baru di kenalnya. Perasaannya cemas bukan main ia takut akan sesuatu yang menimpanya. Ia hanya bisa berharap dan berdoa semua tomi tidak seburuk yang ia kira. Malam ini menjadi malam yang menyenangkan bagi raya, karena malam ini ia bisa berkenalan dan berbincang dengan mereka. Raya pun berharap semoga seterusnya ia bisa menemukan sosok  seperti mereka lagi. ***

Komentar

Postingan Populer